Asal kau tahu.. aku tlah lama saksikan ribuan orang menempatiku, hidup terisolasi karena dosa yang mereka buat, tersisihkan dari dunia luas, terkubur dalam penyesalan tiada arti..
Pagi yang cerah, sayang penghuniku tak tahu itu, ia masih berkutat dalam mimpi buruknya yang masih berlanjut hingga hari ini. Maka mentari-pun belum layak untuk ia rasakan kembali. Pintu terbuka. Aku tahu, satu lagi seorang putra Adam kembali salah menjalani hidup yang singkat. Ia hanya pasrah saat tubuhnya didorong paksa masuk kedalam. Termenung dan sadar ia mulai mengalami mimpi – mimpi buruk seperti kawannya yang tlah lebih dulu menghuniku.
“ Hey, kau !! ” penghuni diriku selama 12 tahun menyambut pendatang baru, “ Apa yang kau lakukan dengan tubuh kurus-mu itu, hah ?? “
Dia hanya menunduk. Menerawang pada nasib anak istri serta keluarganya.
“ Sombong sekali kau acuhkan aku ! Memang siapa dirimu ? “, ah, dia mulai bangkit mendekati pria kurus itu. Mereka berdiri berhadapan.
“ Aku terkurung disini karena menbunuh seorang pria.. “, Dia berbisik parau pada pria kurus dan melanjutkan, “ Jangan buat aku terkurung lagi karena membunuh soerang pria lagi.. “
Pria kurus mendongak. Ia tersenyum miris. Dan mengedarkan pandangan pada tubuh – tubuhku dan menatap langsung padanya.
“ Aku salah satu yang bodoh dari terbodoh di Negara ini. Maka aku terkurung, ini karena kebodohanku. “, Ia tersenyum. Mereka kembali mencoba menilai dan memahami apakah ini semua akan cocok bagi hari selanjutnya atau tidak dengan menerobos memaksa masuk kedalam relung – relung hati masing – masing.
“ Baiklah, itu cukup untuk permulaan. Aku 44 dan kau.. ah, ya.. kau 45 ! selamat datang di sini “, 44 menepuk bahu 45 dan mengedarkan lengannya untuk menunjukkan betapa indahnya diriku. Memang, 44 adalah favoritku. Dia telah bertahun – tahun di sini aku sangat mengenalnya. Dalam dan luar dirinya adalah diriku.
“ Duduklah di sini kawan, kita nantikan pada apa nasib kan membawa kita “, 44 duduk pada kakiku dan bersandar pada tubuhku diikuti oleh 45.
“ Apa yang kau tinggalkan di luar sana, kawanku ? “, suara parau 44 terdengar.
“ Segala kepalsuan, ketiadaan, kebohongan, kehancuran, dan sekeping kasih “, 45 kembali menerawang. Ia menatap tubuhku, namun aku tahu, ia melayang menembus diriku dan mendarat pada kehidupannya yang lalu.
“ Apa kau menyesal untuk itu ? “
“ Aku.. ya ! Aku menyesal ! Mengapa aku begitu bodoh untuk melakukan banyak hal salah dan harus meninggalkan hartaku dalam genggaman segala kepalsuan, ketiadaan, kebohongan, dan kehancuran di luar sana !! “, 45 menunduk dan aku merasakan bulir – bulir air mata jatuh pada tubuhku.
“ Kau-kan tahu.. aku tak memiliki tisu untukmu.. sudahlah jangan menangis.. ! ”, 44 mulai menepuk – nepuk bahu 45 kembali. Aku tahu, dan tak lagi heran mengapa para penghuniku selalu menangis saat menjalani waktu pertamanya dalam tangis. Penyesalan hanya datang saat terakhir, dan semua telah terjadi, tak dapat diulang.
“ Ini jatah kalian ! “, Seorang sipir meletakan sebuah nampan besar berisi dua buah piring berisikan nasi lembek dan berwarna kuning dengan semangkuk sup dingin. 44 membawa nampan dan membagi dua isi nampan bersama 45.
44 segera melahap ‘sarapan’ pagi itu dengan lahap. Dan segera terhenti saat menyadari 45 tak menyentuh makanan yang kalaupun terpaksa, itu tak bisa di sebut makanan. Kalau kau tahu itu.
“ Jangan bilang kau kecewa pada rezeki yang masih di kirim Tuhan pada makhluk penuh dosa sepertimu “, ujar 44 pada 45.
“ Aku merasa pantas untuk mendapatkannya, namun.. bukankah ini nasi yang sangat tidak layak konsumsi untuk manusia ? dan sup ini.. dingin dan kehijauan, kau memakan semua ini setiap hari ? “, ujar 45 seraya mengangkat mangkuk kecil sup-nya.
45 memandang 44 dengan pengertian dan ketidakpercayaan.
“ Apa kau lupa hukum apa yang tengah di mainkan di negri ini ? “,
Ketika 45 terdiam, 44 melanjutkan dengan impresif, “ UANG ! Kau ingin hidup nyaman, kau harus punya uang ! Jangan kau kira kau terasing di sini hukum itu menjadi tidak berlaku untukmu ! “, ia terdiam sejenak untuk mengatur kata selanjutnya, “ Kau tak dapat mengharapkan keadilan pada tempatnya di negeri ini selama hukum ini berlaku, hukum alam yang abadi. Jika kau kuat, maka kau menang.. “
“ Tapi ini penyiksaan ! “, 45 bersikukuh.
“ Jangan bercanda, kawanku.. kau datang kemari bukan untuk bersenang – senang kan ? “, lanjutnya, “ Kau memang untuk di siksa ! di hukum dengan hukum terekayasa ! apa kau tahu aku di seret kemari karena apa ? “
“ Kau membunuh seorang pria, ya, aku tahu “
“ Alasanku membunuhnya, kau tahu ? “, Ia membersihkan jemarinya dari butir - butir nasi lembek dan melanjutkan dengan berbisik, “ karena ia telah menodai putriku.. “.
Dapat kulihat efek kalimat terakhir 44 pada wajah 45. Ia diam termangu. Hanya menatap 44 dengan lekat.
Masih dengan berbisik 44 melanjutkan, “ Kau tahu kawan ? Jika ada seseorang yang menodai putrimu.. orang itu akan kau apakan ? “, ketika 45 tidak menjawab 44 berkata, “ Aku akan mengejarnya ! memukulnya ! menghabisinya ! Ia telah menghancurkan hidup putriku ! Bisa saja ia di tahan di sini ! tapi.. dengan itu saja tidak akan membuat hidup putriku kembali normal ! Ia tak lagi bisa menjalani hidup seperti remaja lainnya ! Takkan bisa.. “, Ia menangis. Tangis untuk putri tercintanya. Aku tahu, mungkin kau lihat sebagian dari penghuniku tertahan, terisolasi dari dunia luar. Namun itu hanya yang terlihat.. kau tak bisa melihat apa yang mereka rasakan lepas dari fakta mereka dalam kurungan ini.. sebagian dari mereka adalah orang - orang dengan kategaran tiada tara, dan kasih sayang tak terkira.
Sepuluh hari sudah 45 menempatiku. Dan siang ini 45 mendapat panggilan tamu. Seorang pria dengan jas mentereng dan setahuku dia seorang pengacara yang ditunjuk Istri 45. Pengacara ini sudah mengunjungi 45 beberapa kali dan semakin hari semakin yakin dapat memenangkan kasus ini.
“ Sidang naik banding anda akan dibuka lusa, saya telah menemukan bukti - bukti kuat untuk anda “, Pengacara itu menatap dengan yakin pada 45.
“ apa yang harus saya lakukan saat naik banding nanti ? “
“ Anda hanya harus yakin bahwa anda tidak bersalah, dan saya harap anda tetap tenang dan senantiasalah berdo’a, saya akan melakukan yang terbaik untuk anda tetapi hanya Tuhan-lah yang dapat menentukan “
“ Anda memang benar - benar pengacara handal.. baiklah, saya percaya pada anda “
“ Terimakasih atas kepercayaan anda, saya undur diri dulu.. selamat siang “, Ia menjabat 45 dan berjalan keluar ruang besukan bersama 45.
“ Dengan ini Pengadilan memutuskan Rahmat Abdullah bebas dari segala tuduhan “, palu hakim di ketuk tiga kali. Sebagian hadirin mengucapkan ‘Alhamdulillah’ serentak, seorang wanita dengan jilbab lebar biru tua berlari mndekati 45 dan menangis bersama suami tercintanya itu.
“ Alhamdulillah, bi.. Alhamdulillah.. Allah Maha Adil.. kita akan pulang, Abi pulang.. “, Ia menunduk menangis. Bahagia.
Kini penghuniku meninggalkanku, menyisakan sedikit kenangan bagi kawannya disini. Dihari pembebasannya, 45 masih berbincang dengan 44.
“ Aku tahu kawan ! Aku tahu sejak awal kau memang tak terlihat bersalah ! Inilah buktinya.. aku tahu.. “ 44 menepuk punggung 45 dengan bangga.
“ Senang melihatmu tertawa seperti ini, benakah kau takkan rindukan aku ? “, 45 tersenyum jenaka.
44 tertawa.
“ Mungkin, mungkin aku akan merindukanmu kawan.. “ ia berhenti tetawa dan terdiam, “ Kawan, maukah kau menolongku sekali ini saja ? kumohon.. “
“ Aku akan berusaha. Apakah itu, kawan ? “
“ Tolong jaga putriku.. “
Perum Galaga Blok I No. 11, inikah tempatnya ? inikah rumah Putri 44 ? kuketuk saja.
“ Permisi, maaf bisakah saya bertemu Adinda Sofia ? “, tanya 45 pada seorang gadis dengan paras ayu di rumah No. 11.
“ Ya, saya Adinda.. Anda siapa ? “, 45 tersenyum. Tenang. Damai. Akhirnya kutemukan.. lihat kawan.. Putrimu baik - baik saja, tenanglah, aku akan menjaga putrimu seperti kujaga putriku.
“ Saya Rahmat, kawan ayahmu di pengasingan, ini surat untukmu. Ia sangat merindukanmu.. “.